Sabtu, 11 Desember 2010

HARI IBU

Assalamualaikum sahabat... Menjelang hari ibu nanti grup "BICARA ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA" mengadakan acara penyambutan hari ibu dengan cara menulis surat, puisi, cerita tentang bunda, atau apapun itu. Silahkan bagi yang berminat, bisa posting karya kalian di grup dalam bentuk document. Dan sebisa mungkin karya asli buatan kalian sendiri. "SALAM SEMANGAT ANAK INDONESIA"

Kamis, 09 Desember 2010

DUA DUNIA YANG TERLUPA

Terkadang aku sering takut menjadi orang besar. Aku takut kacamataku ini bukan lagi kacamata hati, yang terus peduli dengan teman-teman kecilku yang membutuhkan. Melainkan kacamata yan haus akan hormat, dan menutup mata akan dunia yang terlupa.

Suatu malam, aku bertemu dengan dua anak yang begitu istimewa untukku. Sebenarnya, aku sudah sering berteman dengan anak jalanan. Aku bersyukur, sejak kecil aku sudah banyak kelilingi anak-anak dengan latar belakang yang beragam. Hal ini yang membuatku belajar untuk tidak membeda-bedakan orang.

Malam itu, aku sedang makan di sebuah warung. Tiba-tiba ada dua anak perempuan yang menghampiri kami, dan kemudian mereka bernyanyi. Yah, senandung mereka memang tak seindah penyanyi kenamaan. Namun, begitu miris ketika kita mendengr senandung kecil mereka.

Melihat semangat mereka, aku memutuskan untuk mengobrol dengan dua anak ini. Tak ku sangka mereka masih SD. Anak yang pertama masih kelas lima SD, dan yang satunya lagi duduk di kelas empat SD.

Mereka bercerita, kalau mereka mengamen karna terdesak oleh keadaan. Ibu salah satu diantaranya hanyalah seorang buruh rumah tangga, dan ayahnya pengangguran. Sedang mereka memiliki adik yang harus dibiayai. Mereka mulai mengamen sejak siang sepulang sekolah, hingga sekitar jam sepuluh sampai jam sebelas malam. Jam di mana, anak lain sedang lelap beristirahat, mereka justru masih harus berkutat dengan malam demi secercah rupiah. Sayang, aku lupa menanyakan nama mereka. Pada saat makan bersama kami, mereka telihat begitu lahapnya. Padahal makanan itu hanya makanan sederhana. Hatiku miris melihat kenyataan ini. Ketika dunia tertawa karna kebahagiaan yang fana, mereka justru dihujam kerasnya kehidupan.

Aku kagum dengan mereka. Mereka punya semangat yang tinggi. Dan mereka juga terus bersekolah, meski didera limbubu kesulitan ekonomi. Mereka percaya, dengan bersekolah, kehidupan mereka akan lebih baik. Sungguh, merekalah sebenarnya dua dunia yang terlupa. Dunia yang sering tak terlihat oleh kacamata logika yang haus akan hormat, dengan ambisi yang tak hais-habisnya.

Andailah, bisa memilih, tentu mereka juga tak ingin seperti ini. Walaupun, memang ada beberapa anak jalanan yang terkadang membuat jengkel dengan sikap mereka, namun tak semua yang seperti itu. Kalau ada bimbingan terhadap mereka, aku yakin mereka akn lebih baik. Mereka juga butuh perhatian, seperti layaknya kita.

Saatnya kita membuka mata, sesungguhnya diantara dunia yang begitu pekat dengan logika, dan seringkali melupakan rasa, ada tangan-tangan kecil yang membutuhkan kita. Rasanya sudah cukup seribu janji tanpa realisasi, kini waktunya satu tekad dengan usaha nyata untuk perbaikan anak negri.



Semoga dengan cerita ini, mata kita akan lebih terbuka. Bahwa ada yang sering kali terupa oleh kita. Amin

Tolong share ini ke semua pihak. Dan sadurkan sumber ini.
Kisah ini nyata dari banjarmasin, Kalimantan selatan. Pada akhir juli 2010.
SALAM SEMANGAT ANAK INDONESIA

Kamis, 24 Juni 2010

Ciptaan Terindah Tuhan

Thanks GOD... udah mengenalkan ku dengan seorang yang Engkau ciptakan begitu sempurna dibalik kekurangannya. Aku banyak belajar hidup darinya

Minggu, 20 Juni 2010

Bikin Kesel

Huh bikin kesel aja deh... Ini orang usil banget jadi manusia... Ngeledek mulu kerjaannya...

Jumat, 18 Juni 2010

Cerita Di Balik Bintang

Suatu malam aku diajak papa ke sebuah lapangan yang luas banget... (Ya nlah namanya juga lapangan mana ada yang sempit ya? hehehe)... Kala itu usia ku baru menginjak empat tahun... Pas lagi asyik baca buku yang baru dibeliin papa... Nah tiba-tiba papa minta aku berenti baca, tapi aku gak mau... Maklum aku klo udah asyik baca sesuatu bisa gak mo berenti... Trus papa bilang, "coba kamu liat bintang itu dan cari yang paling terang."
Behubung aku blom ngerti jadi dengan polosnya aku bilang gini,"ngapain sih pa liat-liat bintang? emang dia bisa apa?"
Papa bilang," sayang... klo kamu lagi sedih kamu cari aja bintang yang paling terang. Trus kamu cerita ke bintang itu, dan minta dia sampein ke Tuhan."
Aku bilang lagi, "trus klo bintangnya gak ada gimana pa?"
Kata papa,"berarti bintangnya lagi istirahat, dan bintangnya pengen kamu nyampein sendiri ke Tuhan."
Aku nanya lagi, "gimana caranya pa?"
Papa," kamu ambil wudhu trus shalat... abis itu minta deh ke Tuhan."


Duh... jadi kangen ma papa....
Papa... cepet pulang dong...

Selasa, 15 Juni 2010

Kala Jiwa Bertanya

Apa yang akan anda lakukan ketika apa yang anda miliki selama ini diambil oleh orang lain? Sedangkan anda tidak dapat protes atas apa yang terjadi?

Senin, 07 Juni 2010

Raffi Lagi...

Pagi tadi saya mendapat kabar lagi tentang perkembangan Raffi. Ternyata kemaren Raffi sudah agak mendingan, jadi diputuskanlah Raffi untuk di bawa pulang. Apalagi sudah hampir 3 hari Raffi tak bertemu dengan abangnya Raffa. Tapi ternyata tadi malam keadaan Raffi sedikit memburuk. Sehingga subuh tadi diputuskan untuk membawa Raffi ke rumah sakit. Tapi kali ini dia di rawat di Ruma Sakit Hasan Basry Kandangan.

I hope you will be soon ya....
Apphi... Apphi... Apphi...

Sabtu, 05 Juni 2010

Kabar Dari Raffi

Sore kemaren tadi saya mendapat kabar yang kurang mengenakkan. Raffi... sepupu saya yang biasanya "tahan banting" kini sedang sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit...
Sejak kemaren malam pikiran saya tak tenang... Hari ini saya berniat menjenguk Raffi... Namun, ternyata lelah setelah seminggu penuh membuat saya tertidur.... Jam telah menunjukkan pukul 4 petang... Kalau saya nekat ke luar kota tempat Raffi tinggal pasti malam baru sampai... Akhirnya, saya putuskan untuk besok menjenguknya...

Raffi... semoga kau cepat sembuh yaaaaa
Kami sudah teramat rindu dengan celotehan mu
Salam sayang dari kakak mu

Jumat, 23 April 2010

GERAK FASIH JEJAK MU DALAM BALUTAN BAKTI

Tergerak fasih dalam benak ku
Akan semua abdi mu bagi hidup ku
Tersimpan rapat dalam batin ku
Atas semua bait kata nasehat mu
Terlukis indah dalam pikir ku
Segala untaian ilmu mu

Bakti ku untuk mu,
Mungkin tak seluas ladang yang kau tanam
Tak sebanyak bibit yang kau semai
Tak pula seindah taman yang kau jaga
Apalagi seperti bunga yang kau hiaskan

Maaf ku,
Bisa jadi tak seputih kain yang kau rajut
Tak sekuat benang yang kau sulam
Tak sebaik batik yang kau lukiskan
Terlebih seikhlas pengorbanan mu
Bagi dunia kelam ku

Dan ucap ku,
Tak selembut selimut cinta mu
Yang menghangatkan di antara dinginnya pengetahuan
Tak seterang lentera kasih mu
Yang menerangi di tengah gelapnya malam ilmu
Tak juga sebening air kesabaran mu
Yang menyegarkan di balik dahaga padang gersang pengalaman

Hari ini ku haturkan pada mu
Ucapan kasih dari ku
Meski hanya lewat goresan pena usang ku
Di atas selembar kertas cinta ku yang penuh debu
Sebagai ungkapan hormat ku untuk mu
Sekalipun itu masih terbata-bata

Ku harap jasa mu tak seperti kapur putih
Yang menjadi debu yang hilang ditelan zaman
Yang menjadi saksi bisu tanpa penghargaan
Dan memudar selayaknya warna tulisan
Serta lapuk seakan buku yang terbuang
Robek tak berharga
Sia-sia tak berguna

Ketika semua kau pertanyakan
Maka hanya satu jawaban yang ku ucapkan
Karena mereka bekerja dengan ketulusan jiwa
Dan memberi dengan cinta
Sebab mereka adalah pahlawan dunia
Yang memerdekakan kita dari belenggu kebodohan

Minggu, 11 April 2010

Menulis Kehidupan

Provinsi Kalimantan Selatan adalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin.
Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota.
Sejarah
* 8000 SM : Manusia ras Austrolomelanesia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong.* 2500 SM : Migrasi bangsa Melayu Proto dari Yunan ke pulau Borneo yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum).* 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Borneo.* 400 : Migrasi orang India (Tamil) menyebarkan agama Hindu ke Kalimantan, bersamaan dengan migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu dan mulai tumbuhnya Bahasa Banjar Hulu.* 520 : Munculnya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan suku Melayu.* 600 : Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka selanjutnya ke Madagaskar.* 1200 : Ampu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Tapin dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa.* 1200 : Ampu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS) yaitu Batang Alai, Tabalong, Balangan, Pitap, dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara.* 1362 : Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.* 1400 : Masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekarsungsang menjadi Raja pertama.* 1526 : Banjarmasih, pemukiman Oloh Masih, dipimpin Patih Masih.* 1526-1550 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Kerajaan Banjar. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.* 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah.* 1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin* 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin* 1520-1620 : Masa pemerintahan Sultan Musta’inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.* 1596 : Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.* 7 Juli 1607 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin.* 1612 : Belanda menembak hancur Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin]], sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.* 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.* 14 Mei 1787 : Pangeran Amir (kakek Antasari) ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka, setelah mengadakan perlawanan terhadap Belanda dengan 3000 pengikutnya.* 15 Muharam 1251 H/1825 : Undang Undang Sultan Adam (UUSA 1825).* 1859 : Sultan Tamjidillah yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar, diturunkan dari tahta dan diasingkan ke Bogor.* 11 November 1858 : Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari.* 28 April 1859 : Pasukan Antasari menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron, Banjar.* 17 Agustus 1860 : Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.* 4 Mei 1861 : Pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.* 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H) : Pangeran Antasari ditabalkan sebagai Panembahan.* 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo* 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda.* 1915 : Sarekat Islam mendirikan Madrasah Darussalam di Martapura.* 1919 : Banjarmasin mendapat otonom pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.* 1923 : National Borneo Congres ke-1* 29-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri wakil-wakil Perserikatan Dayak dan Sarekat Islam lokal.* 5 Maret 1930 : Keluarnya ketetapan no. 253 dan 254 tentang berdirinya cabang Muhammadiyah di Banjarmasin dan Alabio* 1938 : Wester afdeeling van Borneo, Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo menjadi sebuah propinsi di Hindia Belanda. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.* 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin* 21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala,* 8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju Puruk Cahu, Murung Raya.* 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, sejak 6 Februari 1942 pemerintahan kota sudah vacum.* Februari 1942 : Dengan persetujuan walikota Banjarmasin H. Mulder dibentuk Pimpinan Pemerintahan Civil (PPC) diketuai Mr. Rusbandi, sebagai pemerintahan sementara.* 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Bajarmasin dan daerahnya diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan Civil)* 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya* 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito (Dayak Besar).* 17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.* 6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor)* 18 Agustus 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernurKalimantan* 23 Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.* Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.* 23 September 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio, Hulu Sungai Utara.* November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan, Hulu Sungai Tengah.* 20 November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka) di Amuntai, Hulu Sungai Utara.* 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Hulu Sungai Tengah, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura, Banjar dan Banteng Borneo di Rantau, Tapin serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.* 7 Desember 1945 : Pertempuran Marabahan di Barito Kuala.* 21 Desember 1948 : Pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.* 2 Januari 1949 : Pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan (Palagan Nagara).* 6 Februari : Pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.* 17 Mei 1949 : Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).* 3 Juni 1949 : Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong.* 15 April 1949 : Pertempuran Batakan di Tanah Laut.* 8 Agustus 1949 : Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa, Kandangan, Hulu Sungai Selatan.* 9 November 1949 : Pertempuran di Banjarmasin.* 23 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan di Cianjur.* 7 Desember 1956 : Terbentuknya provinsi Kalsel yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara. Belakangan Pasir (bagian Federasi Kalimantan Tenggara) bergabung ke provinsi Kalimantan Timur.* 23 Mei 1957 : Wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah.* 10 November 1991 : Peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalsel Ir. H. Muhammad Said* 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA (partai)* 2005 : Terpilihnya H. Rudi Arifin sebagai gubernur untuk masa jabatan 2005-2009
Kondisi Alam
Keanekaragaman Hayati
* Flora Resmi: Bunga Kasturi (Mangifera casturi)* Fauna Resmi: Bekantan (Nasalis larvatus)
Sumber Daya Alam
Kehutanan: Hutan Tetap (139.315 ha), Hutan Produksi (1.325.024 ha), Hutan Lindung (139.315 ha), Hutan Konvensi (348.919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229.541 ha) Bahan Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll.
Suku Bangsa
Kelompok etnik di Kal-Sel menurut Museum Lambung Mangkurat, antara lain :
1. Banjar Kuala, Banjarmasin sampai Martapura,2. Banjar Batang Banyu, Margasari sampai Kelua3. Banjar Pahuluan, Tanjung sampai Pelaihari (luar Martapura)4. Suku Barangas di Berangas, Ujung Panti, Lupak, Aluh Aluh5. Suku Bakumpai di Bakumpai, Marabahan, Kuripan, Tabukan6. Suku Maanyan di Warukin, Pasar Panas, Dayak Balangan,Dayak Samihim7. Suku Abal di Kampung Agung sampai Haruai8. Suku Dusun Deyah di Pangelak, Gunung Riut, Upau9. Suku Lawangan di , Muara Uya Utara10. Suku Bukit di Pitap, Haruyan, Hantakan, Loksado, Piani, Paramasan, Bajuin, Riam Adungan, Sampanahan, Hampang11. Suku Madura Madurejo di Pengaron, Mangkauk12. Suku Jawa Tamban di Purwosari13. Etnis Parit Pelaihari di Pelaihari14. Suku Bajau di Kotabaru, Tanjung Batu15. Suku Bugis di Pagatan16. Suku Mandar di pulau Laut dan pulau Sebuku
(Sumber : Peta alam dan foto kelompok etnik Kalimantan Selatan, Museum Lambung Mangkurat).
Delapan etnik terbanyak di Kal-Sel menurut sensus 2000 (Dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli) :
1. Suku Banjar : 2.271.586 jiwa2. Suku Jawa : 391.030 jiwa3. Suku Bugis : 73.037 jiwa4. Suku Madura : 36.334 jiwa5. Suku Bukit : 35.838 jiwa6. Suku Mandar : 29.322 jiwa7. Suku Bakumpai : 20.609 jiwa8. Suku Sunda : 18.519 jiwa9. Lainnya : 99.165 jiwa
Total penduduk Propinsi Kalsel tahun 2000 : 2.975.440 jiwa(Badan Pusat Statistik – Sensus Penduduk Tahun 2000)
Kelompok etnik berdasarkan urutan keberadaannya di Kalsel :
1. Austrolo-Melanosoid (sudah punah)2. Dayak (rumpun Ot Danum)3. Suku Dayak Bukit4. Suku Banjar (1526)5. Suku Bajau, Suku Bugis (1750), Suku Mandar6. Suku Jawa, Suku Madura7. Etnis Tionghoa-Indonesia, Etnis Arab-Indonesia8. Etnis Eropa (1860-1942, sudah punah)
Bahasa Daerah
1. Bahasa Melayu Lokal :1. Bahasa Banjar (bjn)1. Dialek Banjar Hulu2. Dialek banjar Kuala3. Bahasa Barangas)2. Bahasa Melayu Bukit (bvu)2. Bahasa Barito1. Barito barat1. Barito barat bagian selatan :1. Bahasa Bakumpai [bkr]2. Barito timur1. Barito timur bagian utara :1. Bahasa Lawangan-Pasir(lbx)2. Barito timur bagian Tengah-Selatan1. Bagian Tengah :1. Bahasa Dusun Deyah [dun]2. Bagian Selatan :1. Bahasa Maanyan [mhy]
Agama
Mayoritas Islam
Daftar Kabupaten dan Kota1. Kabupaten Balangan2. Kabupaten Banjar3. Kabupaten Barito Kuala4. Kabupaten Hulu Sungai Selatan5. Kabupaten Hulu Sungai Tengah6. Kabupaten Hulu Sungai Utara7. Kabupaten Kotabaru8. Kabupaten Tanah Laut9. Kabupaten Tabalong10. Kabupaten Tanah Bumbu11. Kabupaten Tapin12. Kota Banjarbaru13. Kota Banjarmasin
Seni Karawitan
1. Gamelan Banjar2. Musik Panting (suku Banjar)3. Musik Kangkurung (suku Dayak Bukit)4. Musik Bumbung5. Musik Kintung6. Musik Kangkanong7. Musik Salung8. Musik Suling9. Musik Bambang10. Musik Masukkiri (suku Bugis)
Teater tradisional dan wayang
* Mamanda (teater tradisional suku Banjar)* Lamut (suku Banjar)* Madihin (suku Banjar)* Wayang Kulit Banjar (suku Banjar)* Wayang Gung (wayang orang suku Banjar)* Balian(suku Dayak Bukit)
Tarian
Tarian suku Banjar:
* Baksa Kambang* Radap Rahayu* Kuda Gepang* Tarian suku Banjar lainnya
Tarian suku Dayak Bukit:
* Tari Tandik Balian* Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita)* Tari Kanjar (tarian ritual, penari pria)
Lagu
Lagu Daerah suku Banjar:
* Ampar-Ampar Pisang* Sapu Tangan Babuncu Ampat* Paris Barantai* Lagu daerah Banjar lainnya
Rumah A dat
Rumah Adat Suku Banjar disebut Rumah Bubungan TinggiRumah Adat Suku Dayak Bukit disebut Balai
Pakaian Adat
Pakaian Pengantin Suku Banjar ada 4 jenis:
* Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut* Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari* Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan* Pangantin Babaju Kubaya Panjang
Pakaian Pemuda Pemudi:
* Pakaian Nanang dan Galuh Banjar
Pariwisata
* Banjarmasino Komplek Makam Sultan Suriansyaho Komplek Makam Pangeran Antasario Masjid Sultan Suriansyaho Pasar Terapung Muara Kuino Pasar Terapung Lok Baintano Festival Nanang dan Galuh Banjaro Museum Wasakao Kubah Surgi Muftio Sasirangan* Banjarbaruo Museum Lambung Mangkurat* Barito Kualao Pulau Kembango Pulau Kaget* Hulu Sungai Selatano Loksado (Wisata Alam Pegunungan dan Arung Jeram, Balian)
Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Peninggalan sejarah dan purbakala :
1. Masjid Sultan Suriansyah di Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin2. Komplek Makam Sultan Suriansyah di Banjarmasin Utara, Banjarmasin3. Komplek Makam Pangeran Antasari di Banjarmasin Tengah, Banjarmasin4. Makam Surgi Mu fti di Surgi Mufti,Banjarmasin Tengah, Banjarmasin5. Makam Ratu Zaleha di Banjarmasin Tengah, Banjarmasin6. Rumah Bubungan Tinggi Teluk Selong Ulu di Teluk Selong Ulu, Martapura, Banjar7. Rumah Gajah Baliku Teluk Selong Ulu di Teluk Selong, Martapura, Banjar.8. Rumah Balai Bini Teluk Selong Ulu di desa Teluk Selong Ulu , Martapura, Banjar.9. Rumah Palimbangan Pasayangan di Pasayangan, Martapura, Banjar.10. Makam Datu Ambulung di Martapura, Banjar.11. Masjid Jami Sungai Batang di Martapura, Banjar12. Monumen ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan di Gambut, Banjar13. Makam Sultan Ad am di Kelurahan Jawa, Martapura, Banjar14. Makam Sultan Inayatullah di Kampung Keraton, Martapura, Banjar15. Makam Sultan Sulaiman di Karang Intan, Banjar16. Benteng Tabanio di Tanah Laut17. Makam Keramat Istana, di Tanah Laut18. Makam Datu Ingsat di Tanah Laut19. Candi Laras di Kecamatan Candi Laras Selatan, Tapin20. Masjid Almukarromah di Banua Halat Kiri, Tapin21. Makam Datu Sanggul di Tatakan, Tapin22. Masjid Gadung Keramat di Tapin23. Rumah Bubungan Tinggi Lawahan, Tapin24. Masjid Su’ada di Wasah Hilir, Simpur, Hulu Sungai Selatan25. Benteng Gunung Madang, di Sei Madang, Hulu Sungai Selatan26. Makam Haji Saadudin di Taniran, di Hulu Sungai Selatan27. Makam Datu Patinggi Mandapai di Hulu Sungai Selatan28. Makam Tumpang Talu di Hulu Sungai Selatan29. Gedung Musyawaratutthalibin di Simpur, Hulu Sungai Selatan30. Rumah Bubungan Tinggi Tibung di Kandangn, Hulu Sungai Selatan31. Rumah Bubungan Tinggi Baruh Kambang di Negara, Daha Selatan, Kandangn, Hulu Sungai Selatan32. Rumah Bubungan Tinggi Habirau di Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan33. Rumah Perjuangan di Karang Jawa, Kandangan, Hulu Sungai Selatan34. Rumah Perjuangan di Durian Rabung, Hulu Sungai Selatan35. Rumah Bersejarah di Simpur, Hulu Sungai Selatan36. Monumen 17 Mei, Niih, di Hulu Sungai Selatan37. Masjid Keramat Pelajau di Hulu Sungai Tengah38. Makam 23 Pejuang di Hulu Sungai Tengah39. Makam Pangeran Kacil di Hulu Sungai Tengah40. Makam Tumenggung Jayapati di Hulu Sungai Tengah41. Candi Agung di Paliwara, Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara42. Masjid Tua Sungai Banar di Hulu Sungai Utara43. Masjid Jami Assuhada di Hulu Sungai Utara44. Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi di Hulu Sungai Utara45. Masjid Basar Pandulangan di Hulu Sungai Utara46. Masjid Pusaka dan Makam Penghulu Rasyid di Banua Lawas, Tabalong47. Makam Gusti Buasan di Tabalong48. Masjid Jami Puain Kanan di Tabalong49. Goa Babi di Desa Randu, Muara Uya, Tabalong50. Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari di Kelua, Tabalong51. Makam Ratu Intan di Kotabaru52. Kompleks Makam Raja-raja Kotabaru di Pulau Laut Utara, Kotabaru53. Makam Syekh Haji Muhammad Arsyad di Tanah Bumbu54. Makam Pangeran Agung di Tanah Bumbu55. Makam Haji Japeri di Barito Kuala56. Makam Panglima Wangkang di Marabahan, Barito Kuala57. Rumah Bulat (Rumah Joglo Penghulu) di desa Penghulu, Marabahan, Barito Kuala58. Rumah Gajah Baliku Penghulu di desa Penghulu, Marabahan, Barito Kuala59. Makam Datuk Aminin di Barito Kuala
Sebagian Foto Bangunan di Kal-Sel Gedung Sultan Suriansyah tempat pementasan budaya Kal-Sel.

Gedung Mahligai Pancasila pada kediaman resmi Gubernur Kal-Sel.

Kantor Gubernur Kalimantan Selatan.

Sabtu, 10 April 2010

Datu Kalaka

Menurut cerita orang tua-tua beberapa abad yang lalu, di suatu kampung tinggallah seorang lelaki bernama Datu Kalaka. Ia amat disegani dan dihormati orang-orang di kampung itu karena ia menjadi pemimpin masyarakat di sana. Itu pula sebabnya ia diberi gelar datu oleh masyarakat.
Datu Kalaka disegani dan dihormati masyarakat, tetapi ia dibenci dan ditakuti Belanda. Ia sangat menentang Belanda dan memimpin perlawanan yang banyak meminta korban di pihak Belanda. Anehnya, walaupun pernah berkali-kali terkepung pasukan Belanda, Datu Kalaka selalu dapat meloloskan diri.
Tersebar berita di masyarakat, khususnya di kalangan orang Belanda, bahwa Datu Kalaka mempunyai kesaktian menghilangkan diri. Walaupun orang biasa dapat melihat, orang Belanda tetap tidak mampu melihat. Hal itu membuat penasaran pihak Belanda. Dengan segala tipu daya, mereka berusaha menangkap Datu Kalaka. Mereka menjanjikan hadiah besar bagi siapa saja yang mampu menyerahkan Datu Kalaka hidup maupun mati kepada pihak Belanda
Oleh karena itu, Datu Kalaka selalu pindah tempat tinggal untuk menghindarkan diri dari Belanda. Jadi, jika Belanda berusaha mencarinya di kampung pasti sia-sia. Akan tetapi, pada waktu-waktu tertentu, ia kembali ke rumah, berkumpul dengan keluarga dan masyarakat sekitar.
Karena sudah cukup lama Belanda tidak pernah datang ke kampungnya, Datu Kalaka merasa aman dan tidak perlu pindah tempat tinggal. Ia menetap di kampung sambil mengerjakan ladang dan kebun serta memimpin masyarakat.
Pada suatu hari, ketika Datu Kalaka sedang bersantai di rumah, ada orang datang memberitahu bahwa pasukan Belanda memasuki kampung. Tentu mereka akan menangkap Datu Kalaka.
Sebagai seorang datu, Datu Kalaka tidak mau menunjukkan kekhawatirannya di hadapan orang lain. Ia juga tidak ingin menyelamatkan diri sendiri jika masyarakat menjadi korban karenanya. Oleh karena itu, ia menyuruh penduduk menyelamatkan diri. Setelah itu, ia memikirkan cara untuk meloloskan diri. Sayang, tempat tinggalnya sudah dikepung Belanda. Tidak mungkin lagi ia lepas dari sergapan. Jika sampai tertangkap, ia tidak dapat membayangkan hukuman apa yang akan diterimanya. Mungkin ia akan disiksa, dikurung, bahkan dibunuh. Jika ia melawan, berarti bunuh diri.
Datu Kalaka tidak ingin ditangkap dan tidak mau mati konyol. Ia berpikir cepat dan memutuskan mengambil jalan nekat yang tidak masuk akal. Jika jalan yang ditempuh itu ternyata meleset, nyawa taruhannya.
Ketika pasukan Belanda memasuki kampung, mereka amat penasaran karena kampung sepi. Rumah-rumah kosong. Belanda marah dan melampiaskan kemarahan mereka dengan menghancurkan kampung itu. Mereka berpencar dan memeriksa segenap pelosok kampung.
Mereka kaget ketika tiba-tiba melihat suatu pemandangan aneh tapi nyata di suatu lorong. Sebuah ayunan raksasa! Kedua sisi kain panjang yang dijadikan ayunan itu diikat wilatung (sejenis rotan yang besar batangnya) ditautkan ke puncak betung (bambu besar) yang ada di kiri kanan lorong itu. Mereka amat terkejut ketika menengok ke dalam ayunan yang berada di tengah-tengah lorong. Di dalam ayunan itu terbaring dengan tenangnya seorang bayi raksasa sebesar ayunan. Bayi itu menatap serdadu Belanda yang berdiri di sekeliling ayunan, kemudian ia memejamkan mata. Ukuran bayi itu lebih besar dan panjang daripada ukuran orang dewasa yang normal. Seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu, bahkan berkumis dan bercambang lebat.
Seluruh anggota pasukan Belanda gemetar ketakutan. Jika bayinya saja sebesar itu, apalagi orang tuanya. Pasukan Belanda pun hilang keberaniannya. Mereka segera meninggalkan bayi raksasa dan kampung yang telah kosong itu untuk kembali ke markas.
Bayi raksasa itu ternyata Datu Kalaka. Sebelum pasukan Belanda datang, ia sempat membuat ayunan. Kemudian, ia berbaring di dalam ayunan itu dan berlaku seperti bayi.
Di Kabupaten Hulu Sungal Tengah Propinsi Kalimantan Selatan sekarang masih ada sebuah desa bernama Kalaka. Konon, nama itu diambil dari nama Datu Kalaka. Di sana juga ada sebuah makam, menurut orang tua-tua makam itu makam Datu Kalaka. Makam itu luar biasa besarnya, jarak antara nisan yang satu dengan nisan lainnya kucang lebih dua meter. Orang percaya bahwa tubuh Datu Kalaka itu tinggi besar, lebar dadanya kurang lebih tujuh kilan (jengkal).

Asal Usul Negara Dipa

· Pada zaman dahulu berdirilah sebuah kerajaan bernama Nagara Daha. Kerajaan itu didirikan Putri Kalungsu bersama putranya, Raden Sari Kaburangan alias Sekar Sungsang yang bergelar Panji Agung Maharaja Sari Kaburangan. Konon, Sekar Sungsang seorang penganut Syiwa. la mendirikan candi dan lingga terbesar di Kalimantan Selatan. Candi yang didirikan itu bernama Candi Laras. Pengganti Sekar Sungsang adalah Maharaja Sukarama. Pada masa pemerintahannya, pergolakan berlangsung terus-menerus. Walaupun Maharaja Sukarama mengamanatkan agar cucunya, Pangeran Samudera, kelak menggantikan tahta, Pangeran Mangkubumi-lah yang naik takhta.
Kerajaan tidak hentinya mengalami kekacauan karena perebutan kekuasaan. Konon, siapa pun menduduki takhta akan merasa tidak aman dari rongrongan. Pangeran Mangkubumi akhirnya terbunuh dalam suatu usaha perebutan kekuasaan. Sejak itu, Pangeran Tumenggung menjadi penguasa kerajaan.
Pewaris kerajaan yang sah, Pangeran Samudera, pasti tidak aman jika tetap tinggal dalam Lingkungan kerajaan. Atas bantuan patih Kerajaan Nagara Daha, Pangeran Samudera melarikan diri. Ia menyamar dan hidup di daerah sepi di sekitar muara Sungai Barito. Dari Muara Bahan, bandar utama Nagara Daha, mengikuti aliran sungai hingga ke muara Sungai Barito, terdapat kampung-kampung yang berbanjar-banjar atau berderet-deret melintasi tepi-tepi sungai. Kampung-kampung itu adalah Balandean, Sarapat, Muhur, Tamban, Kuin, Balitung, dan Banjar.
Di antara kampung-kampung itu, Banjar-lah yang paling bagus letaknya. Kampung Banjar dibentuk oleh lima aliran sungai yang muaranya bertemu di Sungai Kuin.
Karena letaknya yang bagus, kampung Banjar kemudian berkembang menjadi bandar, kota perdagangan yang ramai dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai negeri. Bandar itu di bawah kekuasaan seorang patih yang biasa disebut Patih Masih. Bandar itu juga dikenal dengan nama Bandar Masih.
Patih Masih mengetahui bahwa Pangeran Samudera, pemegang hak atas Nagara Daha yang sah, ada di wilayahnya. Kemudian, ia mengajak Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, dan Patih Kuin untuk berunding. Mereka bersepakat mencari Pangeran Samudera di tempat persembunyiannya untuk dinobatkan menjadi raja, memenuhi wasiat Maharaja Sukarama.
Dengan diangkatnya Pangeran Samudera menjadi raja dan Bandar Masih sebagai pusat kerajaan sekaligus bandar perdagangan, semakin terdesaklah kedudukan Pangeran Tumenggung. Apalagi para patih tidak mengakuinya lagi sebagai raja yang sah. Mereka pun tidak rela menyerahkan upeti kepada Pangeran Tumenggung di Nagara Daha.
Pangeran Tumenggung tidak tinggal diam menghadapi keadaan itu. Tentara dan armada diturunkannya ke Sungai Barito sehingga terjadilah pertempuran besar-besaran. Peperangan berlanjut terus, belum ada kepastian pihak mana yang menang. Patih menyarankan kepada Pangeran Samudera agar minta bantuan ke Demak. Konon menurut Patih Masih, saat itu Demak menjadi penakluk kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa dan menjadi kerajaan terkuat setelah Majapahit.
Pangeran Samudera pun mengirim Patih Balit ke Demak. Demak setuju nnemberikan bantuan, asalkan Pangeran Samudera setuju dengan syarat yang mereka ajukan, yaitu mau memeluk agama Islam. Pangeran Samudera bersedia menerima syarat itu. Kemudian, sebuah armada besar pun pergi menyerang pusat Kerajaan Nagara Daha. Armada besar itu terdiri atas tentara Demak dan sekutunya dari seluruh Kalimantan, yang membantu Pangeran Samudera dan para patih pendukungnya. Kontak senjata pertama terjadi di Sangiang Gantung. Pangeran Tumenggung berhasil dipukul mundur dan bertahan di muara Sungai Amandit dan Alai. Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Panji-panji Pangeran Samudera, Tatunggul Wulung Wanara Putih, semakin banyak berkibar di tempat-tempat taklukannya.
Hati Arya Terenggana, Patih Nagara Dipa, sedih melihat demikian banyak korban rakyat jelata dari kedua belah pihak. Ia mengusulkan kepada Pangeran Tumenggung suatu cara untuk mempercepat selesainya peperangan, yakni melalui perang tanding atau duel antara kedua raja yang bertikai. Cara itu diusulkan untuk menghindari semakin banyaknya korban di kedua belah pihak. Pihak yang kalah harus mengakui kedaulatan pihak yang menang. Usul Arya Terenggana ini diterima kedua belah pihak.
Pangeran Tumenggung dan Pangeran Samudera naik sebuah perahu yang disebut talangkasan. Perahu-perahu itu dikemudikan oleh panglima kedua, belah pihak. Kedua pangeran itu memakai pakaian perang serta membawa parang, sumpitan, keris, dan perisai atau telabang.
Mereka saling berhadapan di Sungai Parit Basar. Pangeran Tumenggung dengan nafsu angkaranya ingin membunuh Pangeran Samudera. Sebaliknya, Pangeran Samudera tidak tega berkelahi melawan pamannya. Pangeran Samudera mempersilakan pamannya untuk membunuhnya. Ia rela mati di tangan orang tua yang pada dasarnya tetap diakui sebagai pamannya.
Akhirnya, luluh juga hati Pangeran Tumenggung. Kesadarannya muncul. la mampu menatap Pangeran Samudera bukan sebagai musuh, tetapi sebagai keponakannya yang di dalam tubuhnya mengalir darahnya sendiri. Pangeran Tumenggung melemparkan senjatanya. Kemudian, Pangeran Samudera dipeluk. Mereka bertangis-tangisan.
Dengan hati tulus, Pangeran Tumenggung menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudera. Artinya, Nagara Daha ada di tangan Pangeran Samudera. Akan tetapi, Pangeran Samudera bertekad menjadikan Bandar Masih atau Banjar Masih sebagai pusat pemerintahan sebab bandar itu lebih dekat dengan muara Sungai Barito yang telah berkembang menjadi kota perdagangan. Tidak hanya itu, rakyat Nagara Daha pun dibawa ke Bandar Masih atau Banjar Masih. Pangeran Tumenggung diberi daerah kekuasaan di Batang Alai dengan seribu orang penduduk sebagai rakyatnya. Nagara Daha pun menjadi daerah kosong.
Sebagai seorang raja yang beragama Islam, Pangeran Samudera mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah. Hari kemenangan Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah, 24 September 1526, dijadikan hari jadi kota Banjar Masih atau Bandar Masih.
Karena setiap kemarau landang (panjang) air menjadi masin (asin), lama-kelamaan nama Bandar Masih atau Banjar Masih menjadi Banjarmasin.
Akhirnya, Sultan Suriansyah pun meninggal. Makamnya sampai sekarang terpelihara dengan baik dan ramai dikunjungi orang. Letaknya di Kuin Utara, di pinggir Sungai Kuin, Kecamatan Banjar Utara, Kota Madya Daerah Tingkat II Banjarmasin.
Setiap tanggal 24 September Wali Kota Madya Banjarmasin dan para pejabat berziarah ke makam itu untuk memperingati kemenangan Sultan Suriansyah atas Pangeran Tumenggung. Sultan Suriansyah adalah sultan atau raja Banjar pertama yang beragama Islam.

Bunda...

Bunda…
Ku pandang bintang bila merindu mu
Harapan hati melihat mu tersenyum damai
Tutur dan ucap mu tak henti ku rasa
Setiap waktu ku teringat akan diri mu

Bunda…
Dalam setiap irama tubuh mu,
Kau slalu menyapa ku
Penuh dengan cinta kasih tulus dari mu

Bunda…
Dalam kepenatan yang tak pernah terbisikkan,
Kau slalu mendekap ku
Dengan waktu mu yang kau berikan untuk ku
Sekalipun lelah sedang menyergap tubuh mu

Bunda…
Dalam kerinduan yang teramat sangat,
Ku tak pernah ingin lepas dari mu
Ku mohon jangan kau hentikan layangan kasih dari mu
Karma ku tak mampu beranjak dari singgahsana hati mu

Bunda…
Kaulah yang mampu melunakkan sikap keras ku,
Dengan kesabaran yang tak terucapkan
Dan kau pula lah yang tlah mengelola emosi labil ku
Menjadi lokomotif kemajuan

Bunda…
Senyum mu slalu menyapa ku dalam setiap kata cinta
Yang terucap dari tutur lembut mu
Kala semua tlah terlelap
Kaulah yang menenangkan ku di tengah kegundahan perasaan
Dengan nasehat penuh kasih dari mu
Meski malam tlah larut
Dan gerbang mimpi siap menghampiri ku

Bunda…
Ku tak ingin menyakiti mu
Lewat tindak tanduk juga bahasa ku
Silahkan zaman menari senang
Jangan lah air mata mu berlinang

Bunda…
Andai ku bisa,
Kan ku balas segenap cinta kasih mu
Andai ku mampu,
Kan ku persembahkan bintang seterang kilau mu
Sehangat dekapan mu
Setulus kasih mu
Dan sebijak nasehat mu

Bunda…
Mengenal mu adalah catatan terbaik dalam hidup ku
Meski tak ada sosok yang sempurna bagi dunia
Namun sosok mu sempurna bagi ku
Hari ini kuhaturkan segala ucapan penuh dengan ketulusan kepada mu
Atas semua pengharapan yang pernah ku utarakan dulu

Lembyung Pagi Si Buta Mentari

Di tengah lembayung pagi
Di balik butanya mentari
Kau kitari sudut kehidupan ini
Bersamaan dengan peta keikhlasan
Demi payung pendidikan
Di masa depan

Diterpa terik mentari
Berpeluhkan hujan
Kau siratkan senyuman
Penghapus kepenatan
Sebagai pengabdian bagi negeri
Meski semua tak seberapa bagi mereka
Terkadang aku pun tak mengeti dengan apa yang terjadi

Ku hormati abdi mu
Meski hanya lewat pena ini
Ku coba ayunkan barisan tulisan
Dengan penuh keikhlasan
Sebagai tanda penghormatan
Sepert ikasih mu yang tak terbayarkan

Do’a ku slalu tersemat pada Mu
Meski nanti kaki ini melangkah pergi
Tak memijakkan diri lagi di sini
Seperti janji ku ini
Di hari ini
Untuk abdi mu sang wali sejati
Yang takkan pernah terganti sampai akhir hayat nanti

Bingkai Budaya Dalam Kebersamaan

Pagi itu nampak tak seperti biasanya. Orang-orang di daerah tempat tinggal ku sedang beramai-ramai membersihkan jalan-jalan sekitar. Ada yang menyiangi rumput, membersihkan selokan, memotong ranting-ranting pohon, memunguti sampah yang berserakan, dan lain-lain. Inilah kebiasaan di kampung ku setiap kali menjelang maulid nabi. Yah, itulah kebiasaan kami orang Kandangan. Di sini, budaya gotong-royong dan semangat kebersamaan masih sangat kental terasa, apalagi jika menjelang hari-hari besar seperti ini.
“Husni… kamu ikut kan nak gotong royong?”ucap ayah ku sebelum pergi ke surau. Husni, itulah nama ku. Sebenarnya aku masih mengantuk, tapi apalah daya usai shalat subuh aku langsung bersiap diri., untuk kemudian ikut turun ke jalan membatu bersih-bersih. Di depan rumah beberapa teman ku sudah menjemput ku untuk pergi ke langgar atau surau tempat acara akan dilaksanakan. Kali ini bersih-bersih dipusatkan di sekitar surau lebih dulu, agar menjelang acara nanti semua telah rapi. Meski begitu, disepanjang jalan juga ada warga yang membersihkan. Semua memang memiliki tugas masing-masing dalam al ini. Namun, pada intinya semua juga untuk kebaikan bersama.
Ntah merupakan budaya atau kebiasaan saja, hampir setiap kali gotong-royong diadakan selalu di hibur oleh kesenian daerah sini. Musik panting itulah namanya. Musik panting adalah kesenian khas Kalimantan selatan. Sekalipun tak selengkap pada acara-acara pagelaran, tapi ini sudah cukuplah untuk menghibur dan memacu semangat kami. Dasar anak-anak, karna ada musik panting akhirnya bukan segera ikut membantu bersih-bersih, tapi malah asyik joget-joget tak karuan. Aku juga ikut sih… hehehe.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang. “Astaga…”ucap ku. “Astaga… apa sih, Ni?”ucap Rahman teman ku. “Hampir saja aku lupa mengambil kue dan teh di rumah untuk warga yang ikut gotong-royong,”jawab ku pada Rahman. Setelah minta izin pada ayah, aku ditemani Rahman, Arif, Hadi, dan beberapa teman lainnya kemudian menuju rumah.
Di rumah ku, para ibu-ibu sedang berkumpul. Mereka bersama-sama menyiapkan hidangan untuk yang sedang bergotong-royong. “Ka mana haja ikam tuh Husni. Mulai tadi di hadang kada datang-datang jua.”ucap mama ku. (“Ke mana saja kamu itu Husni. Sejak tadi ditunggu tidak datang-datang.” ucap mama ku /Ibu dalam bahasa banjar.) Setelah itu aku dibantu teman-temanku, kemudian mengantarkannya ke surau tempat gotong-royong dilaksanakan.
Di surau/langgar, orang-orang dengan lahapnya memakan kue yang telah disediakan. Sederhana memang, tapi di sini bukan kemewahan yang diutamakan, melainkan kebersamaan yang terjalin. Ibaratnya, satu kena masalah semua ikut membantu. Meski tak banyak membantu, tapi kami juga dapat jatah…. Hehehe. Karna ditawarkan yah kami pun tak menolaknya. Semua telah selesai, aku dan ayah pun kemudian pulang kembali ke rumah. Di perjalanan menuju rumah, aku bertanya pada ayah kapan acara maulid bersama atau yang biasa kami sebut maulid sekampungan ini dilaksanakan. Ternyata kata ayah, maulid itu akan dilaksanakan kurang-lebih sekitar seminggu lagi lah.
Tanpa terasa, dua hari lagi maulid sekampungan akan dilaksanakan. Sore ini, ibu ku ada acara urunan. Mungkin rada aneh ya? Tapi itulah cara kami untuk menyebut semacam arisan ibu-ibu di kampung ini, yang sekaligus uga diisi dengan ceramah agama. Seperti yang sudah ku katakana sebelumnya, di sini budaya kebersamaan dan musyawarah masih sangat kental terasa. Sebelum acara selesai seorang pembawa acara biasanya basaruan (mengundang) untuk acara-acara tertentu, seperti maulid sekampungan yang akan dilaksanakan ini.
Sepulangnya dari urunan tadi, mama ku bercerita banyak pada aku dan ayah. Mama juga membawa barakat atau bungkusan berisi makanan yang diberikan orang yang menggelar hajatan kepada undangan yang datang untuk orang rumah.
Besok acara maulid sekampungan akan dilaksanakan. Kebetulan besok hari libur, jadi aku bisa ikut melihat acara maulid nabi ini. Seusai shalat isya berjamaah, aku, ayah, dan beberapa warga lainnya menghiasi plapon langgar dengan gantung-gantungan bunga dan uang seribuan. Sedang para ibu-ibu sedang asyik membuat bunga rampai dari daun pandan yang ditaburi kelopak-kelopak bunga dan dipercikkan minyak wangi yang kemudian dibungkus dalam plastik-plastik kecil dan diisi dengan permen. Hal ini dilakukan untuk meramaikan acara. Hampir saja lupa, plapon mesjid dan sudut-sudut/sela-sela tiang mesjid juga dihiasi dengan balon aneka warna.Besok acara dilaksanakan sehabis shalat ashar sekitar jam empat sore.
Hari yang ku nanti pun tiba juga akhirnya. Sejak shalat zuhur tadi anak-anak kecil sudah terlihat tak sabar untuk mengambil uang dan balon yang telah digantung. Beberapa anak malah telah beberapa kali mencoba untuk mengambilnya, tapi sayang karena badan mereka masih kecil-kecil jadi akhirnya tak ada yang berhasil. Walhasil ada anak yang sampai menangis segala. Meski agak sedikit kasihan aku dan teman-temanku juga tak bisa membantu karena takut dimarahi. Walaupun pada akhirnya kami juga ikut tersenyum simpul melihat kejadian ini. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk punak ku dari belakang sambil berujar, “Jangan ngeledek. Kamu juga dulu seperti itu kan, Ni?.” Aku yang kaget pun sontak saja menoleh kebelakang. Betapa terkejutnya aku yang tadi menepuk pundak ku itu adalah ustadz Hamdani. Aku malu sekali dengan hal ini. Belum sempat aku berujar untuk membalas perkataan beliau tadi. Eh justru beliau lebih dahulu berkata demikian, “Sudah sana gih. Daripada ngeledek orang nambahin dosa, mending latihan habsy, biar nanti bagus tampilnya.” Yap… beliau adalah guru mengaji sekaligus guru habsy kami.
Tahun ini maulid memang cukup sering diramaikan dengan pagelaran habsy. Habsy adalah tabuhan rebana secara bersama-sama yang mengiringi acara-acara tertentu. Kebetulan kali ini kami berkesempatan untuk ikut mengisi acara dengan bermain habsy.
Jam sudah hampir menunjukkan pukul empat petang. Usai beristirahat dan semuanya berkumpul, acara pun dimulai. Acara dimulai dengan beberapa sambutan terlebih dahulu, kemudian diteruskan dengan ceramah dan pembacaan al-barjanji. Dan pada puncaknya sambil membaca shalawat diiringi habsy pun bergaung merdu. Bunga rampai pun dibagikan. Setelah bunga rampai dibagikan, kini tiba saatnya berebut uang yang telah digantung sejak kemaren malam. Dari anak-anak sampai yang tua pun tak ikut berebut. Kalau bagi anak-anak sih uangnya untuk jajan. Berbeda halnya dengan orang dewasa yang terkadang menyebut untuk pipikan atau penglaris dagangan. Eits… tunggu dulu jangan buru-buru menfsirkan hal ini sebagai hal musrik yang menyekutukan Tuhan untuk meminta rezeki, tapi semua ini hanya untuk hiburan semata. Yah bisa dibilang budaya lah.
Gara-gara ikut main habsy ya akhirnya aku tak dapat rebutan… hehehe. Walaupun bisa dibilang sudah besar, tapi aku tetap saja mau ikut rebutan. Tapi aku tak terlalu menyesal juga sih. Karena tahun ini aku memiliki pengalaman yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Di tahun ini aku tak hanya bisa ikut mengisi acara maulid sekampungan, tapi juga ikut melestarikan budaya daerah ku sendiri. Ceramah sudah, habsy sudah, rebutan sudah, dan serangkaian acara juga sudah. Sekarang tinggal acara makan-makan. Tahun ini makanannya adalah nasi kuning dengan ikan haruan atau gabus yang dimasak dengan sambal habang dan telur yang juga dimasak sama.
Hari ini aku diajak abah dan mama ke Desa Banua Halat Kecamatan Tapin Utara. Pasalnya pada hari ini diadakan acara Baayun Maulud. Baayun Maulud merupakan salah satu acara yang dilaksanakan bersamaan dengan perayaan Maulid Nabi. Uniknya, yang diayun bukan hanya anak-anak kecil. Tapi juga nenek-nenek dan kakek-kakek. Umumnya mereka sengaja ikut baayun karena nazar. Nazar ini karena sudah tercapai niat atau tujuannya seperti sudah kesampaian naik haji, mendapat rejeki yang banyak atau untuk maksud agar penyakitnya hilang dan panjang umur.
Sebenarnya, acara ini tak hanya dilaksakan di daerah Tapin saja. Tetapi juga di daerah lain di Kalimantan selatan. Seperti di Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru dan Makan Sultan Suriansyah di Banjarmasin.
Berhubung acil ku (sebutan untuk tante dalam bahasa banjar) ada di sini, jadi kami memilih untuk melihat acara baayun maulud di Tapin saja. Jujur, aku juga baru sekali ini melihat acara baayun maulud. Meski pun pada dasarnya acara ini sudah popular sejak tahun 1990-an. Baayun Maulud ini sendiri dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul awwal.
Baayun sendiri sudah menjadi tradisi hampir semua ibu-ibu masyarakat banjar untuk menidurkan anak-anak mereka. Sebagai medianya, ayunan terbuat dari tapih bahalai atau kain kuning yang ujung-ujung kainnya diikat dengan tali haduk atau ijuk. Ayunan ini biasanya digantung pada palang plapon diruang tengah rumah. Sedangkan pada talinya biasa diikatkan Yasin, dau jarangau, kacang parang, katupat guntur, dengan maksud dan tujuan sebagai penangkal hantu-hantu atau penyakit yang mengganggu bayi. Posisi saat menidurkan bayi ada dua. Yakni dipukung dan diayun. Dipukung adalah menidurkan bayi dengan posisi duduk. Sedangkan diayun dengan cara berbaring. Pada saat menidurkan bayi biasanya diiringi dengan shalawat nabi atau nyanyian yang kerap disebut badundang. Liriknya seperti ini :


Guring – guring anakku guring Guring diakan dalam pukungan Anakku nang bungas lagi bauntung Hidup baiman mati baiman

Lirik dalam pukungan biasanya akan diganti dengan kata dalam ayunan jika anak dalam posisi berbaring.
Isi lirik sendiri sangat puitis degan makna filsafah yang dalam. Lirik pada nyanyian ini berisi tentang pujian kepada sang anak dan mendoakan agar sang anak kuat imannya sampai akhir hayat.
Tak terasa kita telah sampai di tempat tujuan. Di sana orang-orang sudah ramai berkumpul. Ayunan-ayunan bergantungan dengan pernak pernik-pernik macam-macam. Mulai dari barang-barang samapai makanan.
Benar saja acara ini memang sangat meriah. Usai anak-anak, ternyata orang tua juga ada yang naik ayunan lho. Aku juga ikut naik. Yah, mumpung masih belum terlalu besar jadi aku piker tak apalah jadi belum terlalu malu…. Hehehe
Sebenarnya acara baayun maulud atau maulid ini hampir sama dengan acara batampung tawar. Mungkin kalian baru pertama kali ya mendengar kata batampung tawar? Batampung tawar adalah acara semacam selamatan untuk menyambut kelahiran seorang anak. Sama halnya dengan acara baayun maulid, ayunan yang digunakan juga digantungi acam-macam. Nantinya gntungan yang ada akan diperebutkan oleh orang-orang yang hadir.

Dentang waktu terus berlalu. Kini bulan ramadhan semakin dekat menjelang. Kira-kira tinggal beberapa minggu saja. Nah, hari ini kami akan melaksanakan shalat nisfu sya’ban. Sesuai kebiasaan kami, setelah shalat magrib, shalat nisfu (serangkaian shalat seusai shalat magrib yakni : shalat taubat, shalat hajat, dan shalat tasbih), dan shalat isya maka akan diadakan acara selamatan kecil-kecilan guna menyambut bulan suci ramadhan. Sejak sore tadi para ibu-ibu sudah memasak bersama di belakang langgar untuk makanan selamatan.
Magrib hampir menjelang. Sejak sore tadi orang-orang sudah ramai berjalan menuju langgar sambil membawa teko berisi air. Mungkin ada yang bingung jika melihat kebiasaan ini. Tapi tidak bagi ku, karena ini adalah tradisi. Air dalam teko itu akan di taruh di depan tempat imam shalat. Hal ini dimaksudkan agar air tersebut di do’akan. Yah banyak yang mengatakan air tersebut nantinya diminum untuk mendapatkan berkah. Terlepas dari benar atau tidaknya hal ini, pada dasarnya ini adalah salah satu budaya kita juga.
Seusai shalat isya, selamatan pun digelar. Imam pun memimpin do’a. Kemudian makanan dibagikan. Kami semua memakannya dengan hati senang. Sebelum pulang, orang-orang mengambil teko yang mereka letakkan tadi untuk diminum di rumah.
Tak terasa besok sudah masuk bulan puasa. Malam ini adalah tarawih pertama. Setelah shalat magrib aku baru pergi ke langgar. Sebenarnya, orang-orang sini kebanyakan sudah sejak magrib tadi karena sekalian shalat magrib berjamaah. Sambil menunggu isya, anak-anak kampung ku asyik memukul-mukul beduk… Hehehe. Walaupun sudah ditegur beberapa kali, kami cuek saja malah semakin kencang.
Adzan isya pun berkumandang. Kami pun dan sebagian orang lainnya kembali mengambil air wudhu, takut kalau-kalau batal. Shalat isya pun selesai, kemudian dilanjutkan shalat tarawih dan witir di akhir. Kebetulan malam ini malam jum’at, jadi seperti biasa, di sini diadakan ceramah agama. Sebelum itu kami bersama-sama membaca yasin.
Setiap bulan puasa, hampir disetiap daerah di Kalimantan selatan ada yang namanya pasar wadai. Pasar wadai adalah tempat orang menggelar dagangan mereka. Yakni seperti kue-kue tradisional, ta’jil untuk berbuka, minuman-minuman, dan panganan lainnya. Uniknya, pasar ini hanya ada setahun sekali, tepatnya pada bulan ramadhan seperti ini. Pasar wadai dibuka mulai pada siang hari. Sebenarna mungkin tak hanya ada di Kalimantan selatan saja, tetapi di daerah lain juga, hanya saja barangkali orang menyebut namanya berbeda-beda di setiap daerahnya.
Hari ini, teman-teman ku mengajak ku ke pasar wadai. Tepat sekitar jam lima sore kami pergi ke pasar wadai. Kami sengaja memilih saat sore hari. Karena seandainya pas siang hari kami takut kalau-kalau tergoda dengan makanan yang ada, bisa-bisa puasa kami batal.
Kami pergi ke sana dengan berjalan kaki. Karena menjelang buka puasa seperti ini, pasar wadai pasti ramai dengan orang yang ingn berbelanja menu buka puasa. Malahan sampai macet karena para pengendara bejubel, sedang lahan parkir amat terbatas. Meski berjalan kaki, kami tak merasa lelah. Selain karena jaraknya tak teralu jauh, tapi juga karena sore hari, jadi panasnya terik matahari sudah tak begitu menyengat. Apalagi sambil mengobrol dengan diteman, beuh jarak yang kami tempuh serasa lebih dekat.
Di pasar wadai, aku, Rahman, Arif, dan Hadi memulai perburuan kami. Hahaha… kaya mau mencari apa saja. Maksudnya memulai mencari-cari apa yang akan kami beli. Kebetulan lebaran masih lumayan lama, jadi kami hari ini memutuskan untuk membeli kembang api. Sebab, seandainya membeli kembang api menjelang lebaran nanti, sudah barang tentu harganya jauh lebih mahal.
Tak terasa jam menunjukkan pukul setengah enam sore. Kami pun segara pulang, karena sebentar lagi buka puasa. Sepanjang perjalanan, si Arif merengek seperti anak kecil yang tak dibelikan permen. Bukan apa-apa, kali ini si Arif berniat mengajak kami semua untuk buka puasa bersama di langgar.
Jujur, aku baru kali ini akan berbuka puasa bersama di langgar. Sebenarnya, buka puasa bersama di langgar atau di mesjid bukanlah hal baru di sini. Hampir di setiap mesjid atau pun langgar di daerah ku ini menyediakan makanan untuk buka puasa bagi para musyafir atau orang-orang yang sedang melakukan perjalanan, tidak hanya itu makanan tersebut juga diperuntukan bagi para warga sekitar.
Dug… Dug… Dug… allahu akbar…allahu akbar… suara bedug beriring adzan menutup puasa hari ini. Setelah meminum beberapa teguk teh manis hangat, kami pun melanjutkannya dengan shalat magrib. Usai shalat magrib, kami pun melanjutkannya dengan makan bersama. Kebetulan hari ini kami berbuka puasa dengan soto banjar.
Mungkin kalian sudah mengenal apa itu soto banjar. Soto banjar adalah makanan khas daerah Kalimantan selatan. Soto di daerah ku ini tak seperti soto pada umumnya. Soto banjar dimakan dengan ketupat, ketupatnya lumayan besar lho. Kuahnya juga unik karena tidak pakai santan, apalagi dikuah itu terdapat banyak rempah-rempah yang bisa menghangatkan. Memakan soto banjar tak lengkap rasanya tanpa membubuhinya dengan limau kuit. Limau kuit adalah sala satu buah endemik daerah Kalimantan.
Ramadhan terasa begitu cepat berlalu. Tak terasa besok sudah lebaran. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, di sini setiap malam lebaran ada acara yang namanya baarak. Baarak adalah semacam acara yang juga diperlombakan. Di acara baarak ini banyak sekali lampion atau lampu-lampu hias yang biasa kami sebut dengan tanglung. Mobil-mobil,gerobak,dan kendaraan lainnya begitu ramai menghiasi jalan raya. Memecah keheningan malam yang ada. Ada tanglung berbentuk ketupat, bedug, kapal,dll. Tak hanya itu, ada juga teatrikal lho. Seperti tuyul yang ada dalam kurungan, pocong, dan masih banyak lagi. Yang lebih seru pada acara ini juga diiringi musik. Salah satunya adalah musik panting. Panting adalah musik asli banjar. Yng biasa dibawakan pada acara tertentu. Alat musik panting berbentuk seperti gitar. Cara memainkannya juga hampir sama, yakni dipetik. Tapi pada bagian bawah alat musk panting berbentuk melengkung seperi gayung. Hampir saja aku lupa, pada acara baarak tak hanya yang seram-seram saja lho. Ada juga pertunjukan budaya Kalimantan selatan. Seperti acara pernikahan dengan membawa sepasang pengantin dan teatrikal acara mandi tjuh bulanan untuk orang hamil. Pertunjukan teatrikal itu mirip sekali dengan aslinya. Mulai dari propertinya sampai orang yang memperagakannya. Acara baarak ini sendiri dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kami karna telah melawati bulan ramadhan dengan baik an bisa menahan hawa nafsu selama bulan ramadhan.
Pagi pun menjelang. Aku, abah, mama, dan beberapa sodara pun berjalan menuju mesjid untuk shalat ied berjamaah. Usai shalat ied kami saling bermaafan dengan orang-orang yang kami kenal di sana. Takbir lebaran masih berkumandang mengiringi permintaan maaf kami kepada setiap orang.
Di rumah, aku pun sungkeman kepada abah dan mama. Seusai meminta maaf kami pun makan bersama sebelum nanti mengunjungi rumah-rumah sodara untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan serta ziarah.
Seperti tahun sebelumnya, di rumah ku ada lapat dan ayam masak habang. Lapat adalah makanan semacam lontong yang dibungkus dengan daun pisang yang kemudian dilipat dan dikukus. Lapat juga terkadang disebut buras. Kalau ayam masak habang adalah ayam yang dimasak dengan sambal yang warnanya merah. Karena warna merah di sini biasa disebut habang jadi ya jadilah ayam masak habang sebutannya.
Setelah makan, kami pun pergi ke rumah nenek ku. Di sana, kami makan ketupat Kandangan. Ketupat Kandangan adalah salah satu makanan khas di sini. Ketupat Kandangan biasa di makan dengan ikan haruan (haruan adalah ikan gabus dalam bahasa Indonesia) dan telur asin atau telur rebus.
Di tempat nenek ku juga ada cemilan seperti dodol dan apam. Dodol dan apam juga merupakan salah satu makanan daerah kami.
Makan pun selesai, kemudian aku bercengkerama dengan sepupu-sepupu ku. Tak hanya bermain, kami juga berbagi cerita. Sedangkan para orang tua kami asyik bercerita dengan keluarga yang lainnya. Pada hari-hari biasa kami jarang sekali bisa berkumpul seperti ini. Karna kesibukan masing-masing. Kalaupun bisa itu hanya pada acara-acara tertentu saja. Walaupun beitu tentu kadang tak selengkap seperti lebaran ini. Inilah yang aku rindu disetiap tahunya. Apalagi kalau bukan kebersamaan seperti kali ini. Yah tak ku sadari sebelumnya ternyata budaya banjar memang kaya dan lebih penting lagi kebanyakan dilaksanakan dengan kebersamaan.
Ku harap budaya kita bisa terus terjaga sampai nanti. Sehingga bisa menjadi warisan untuk generasi mendatang. Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi?